JURNALIS PONTIANAK – PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Kalimantan Barat telah berhasil melakukan penyambungan Unit Listrik Desa (ULD) Nanga Lebang Kabupaten Sintang menjadi sistem grid pola operasi dari 12 jam menjadi 24 jam pada program dedieselisasi, Rabu (26/06/2024).
Melalui program dedieselisasi dan perubahan jam pelayanan ini PLN dapat menekan biaya operasional sebesar 2,9 Milyar per tahun.
General Manger PLN UID Kalimantan Barat Joice Lanny Wantania mengatakan dengan adanya sistem grid ini, mesin PLTD stop operasi dan berubahnya pola operasi dari 12 jam menjadi 24 jam PLN UID Kalbar dapat menghemat Rp2,9 miliar per tahun.
Joice menyebut, program dedieselisasi ini menjadi langkah kecil dari PLN, tetapi akan menjadi lompatan besar bagi pencapaian target pemerintah menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.
“Untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan bauran energi bersih, PLN melakukan program dedieselisasi atau konversi, saat ini masih ada 40 unit pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang beroperasi di Kalimantan Barat,” ujar Joice.
Lebih lanjut dikatakannya, PLTD tersebut nantinya akan dikonversi ke pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) energi bersih yang ramah lingkungan, seperti pembangkit Biogas dan Biomass serta melakukan integrasi dengan grid Sistim kelistrikan Khatulistiwa.
Menurut Joice, keberadaan listrik yang menyala 24 jam tentunya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat di Desa Nanga Lebang Sintang, seluruh aspek kehidupan masyarakat akan semakin berkembang, kualitas hidup masyarakat pun terus meningkat.
Kepala Desa Nanga Lebang, Sabarudin mengatakan sangat bersyukur dan terima kasih kepada PLN karena sudah lama warga Desa Nanga Lebang mengidam-idamkan listrik menyala selama 24 jam di desanya.
“Terima kasih saya ucapkan kepada PLN karena saat ini Listrik di desa kami sudah menyala 24 jam, Kalau listriknya menyala 12 jam, kami masih harus membeli BBM untuk menghidupkan mesin genset pada siang hari, biayanya cukup besar dan memberatkan bagi warga Desa Nanga Lebang yang rata-rata berprofesi sebagai petani,” tutur Sabarudin
Ia berharap PLN dapat terus meningkatkan kualitas pelayanannya agar masyarakat juga dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan tidak tertinggal dengan desa-desa yang sudah maju.
Sementara itu Ehsan (69), warga Desa Nanga Lebang mengaku sangat bersyukur dengan adanya perubahan pola layanan dari PLN, dari yang sebelumnya 12 jam menjadi 24 jam.
Diakuinya, sebelum adanya perubahan pola layanan ini, untuk dapat menikmati listrik disiang hari Ia harus mengeluarkan biaya cukup besar untuk membeli bahan bakar guna menghidupkan mesin genset.
“Dalam sebulan tak kurang saya harus mengeluarkan biaya sekitar hampir satu juta rupiah, dan itu sangat memberatkan saya yang hanya bekerja sebagai petani,” tutur Ehsan. (hen)
Discussion about this post